Jakarta, 20 Januari 2022 | Kabar baik hadir dari proyek KCJB. Proyek yang membentang
dari Halim, Jakarta hingga Tegalluar, Bandung ini direncanakan siap melakukan trial run pada
November 2022. Tak hanya itu, uji coba KCJB juga diusulkan untuk jadi bagian dari kegiatan
kunjungan G20.
“Saat ini progres KCJB terus berjalan dan sudah mencapai 79,90%. Kami akan ter-us
melakukan upaya maksimal untuk mewujudkan trial run di akhir tahun 2022,” tutur Presiden
Direktur KCJB, Dwiyana Slamet Riyadi.
Rencana ini juga didukung oleh fakta di lapangan bahwa progres KCJB di semua lini
konstruksi sudah mendekati 100 persen. Secara garis besar, progres proyek KCJB untuk
konstruksi jembatan KCJB sudah mencapai 89,30%, Subgrade 78,41%, dan Tunnel 98,07%
atau 10 dari 13 tunnel telah berhasil tembus.
Produksi Electric Multiple Unit (EMU) KCJB yang dilakukan di CRRC Sifang, Tiongkok pun
sudah mencapai 85%. Artinya, 7 dari 11 unit EMU atau kereta yang akan digunakan untuk
KCJB sudah selesai diproduksi.
Selain EMU, Comprehensive Inspection Trail (CIT) untuk kebutuhan maintenance dan uji
coba KCJB juga sudah selesai dibuat. EMU atau kereta dan CIT untuk Kere-ta Cepat ini
sendiri direncanakan akan tiba di Indonesia pada pertengahan 2022.
Dari sisi stasiun, pembangunan empat stasiun yang terdiri dari Stasiun Halim, Karawang,
Padalarang, dan Tegalluar pun sudah berjalan. Per Desember 2021, Stasiun Halim
mengalami progres yang paling tinggi hingga 66,05%, disusul Te-galluar dengan 62,75%, dan
Karawang 40,21%.
Khusus untuk stasiun Padalarang, saat ini KCIC sedang menyiapkan segala kebutuhan untuk
melakukan pembangunan stasiun tersebut, lengkap dengan rencana integrasinya.
Belum cukup sampai di situ, KCIC juga sudah memiliki Depo yang berlokasi di Te-galluar
dengan progres pembangunan yang sudah mencapai 50,24%. Meski belum rampung
sepenuhnya, Depo ini sudah bisa dioperasikan untuk kebutuhan proyek seperti pengelasan
batang rel KCJB di fasilitas Welding Factory yang tersedia di sana.
“Dengan progres yang mencapai 79.90%, tentu sudah banyak yang sudah kami capai.
Konstruksi bridge, Subgrade dan tunnel sudah hampir mendekati final. Rangkaian EMU dan
CIT KCJB juga sudah diproduksi. Beberapa unit bakhan su-dah selesai produksinya dan
rencananya akan tiba di Indonesia di pertengahan 2022 untuk dipakai saat trial run nanti,”
papar Dwiyana.
Pihak KCIC bersama tim konstruksi dan para ahli juga sudah menemukan solusi untuk
mengatasi kendala geografis berupa clayshale yang dihadapi dalam pengerjaan Tunnel #2,
Tunnel #, dan Tunnel #6.
Adapun langkah yang dilakukan KCIC adalah dengan melibatkan ahli tunnel dari ITB dan
Tiongkok. Titik penggalian pun ditambah dari dua menjadi empat arah. Jadi selain penggalian
di titik inlet dan outlet, kontraktor melakukan penggalian di dua titik inclined shaft.
Di samping itu ada perubahan metode kerja dari three bench menjadi double side-wall untuk
menghindari longsor, serta melakukan surface grouting di lapisan atas tunnel dengan
melakukan drilling dan pengecoran di titik-titik rawan clay shale un-tuk memperkuat lapisan
atas tunnel.
“Kami sangat bersyukur sekali karena KCIC bersama kontraktor KCJB sudah menemukan
solusi untuk mengatasi kendala geografis di Tunnel #2, #4, dan #6. Tentu solusi ini jadi
langkah yang besar saat upaya percepatan pembangunan ber-langsung karena ketiga tunnel
tersebut berada di area clay shale dan masuk se-bagai titik konstruksi dengan tantangan
geografis yang terberat,” ucap Dwiyana.
Adapun milestones lainnya dari proyek KCJB sepanjang 2021 selain yang sudah disebutkan
sebelumnya adalah, Launching Gantry pertama kali yang berhasil melewati Tunnel #11 pada
27 Juli, Topping off Stasiun halim di 30 Juli, pengecoran Box Girder Full Span 32 meter
sekaligus Cast in Situ ke-100 di DK0+500 pada 1 September, pengecoran terakhir untuk
seluruh struktur long span 128 meter di sec-tion 1 & 2 pada 28 September, selesainya
produksi 1 set EMU pertama di 1 Oktober, launching Gantry melewati Steel Truss Bridge
DK110 pad 26 November, selesainya 4 set EMU dan 1 set CIT pada 1 Desember,
pemasangan Slab Track Pertama di DK33 pada 29 Desember, serta penyelesaian Setoran
Modal dari konsorsium BUMN Indonesia pada 31 Desember.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Rahadian Ratry