Siaran Pers
28 Februari 2023
Kemajuan industri perkeretaapian di Tiongkok sangatlah pesat jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya yang juga memiliki layanan kereta api cepat. Perutumbuhan jalur kereta api khususnya kereta api cepat dari yang awalnya hanya 120 km di tahun 2008, dan di tahun 2022 sudah mencapai 42 ribu km dan menjangkau lebih dari 550 kota di Tiongkok.
Pada tahun 2004, Pemerintah Tiongkok membangun Kereta Api Cepat pertamanya untuk menghubungkan dua kota penting yaitu Beijing – Tianjin. Pembangunan tersebut berlangsung selama 4 tahun dimana layanan ini disiapkan untuk menyambut perhelatan Olimpiade Beijing 2008. Jarak sejauh 120 km ditempuh hanya dalam waktu 33 menit. Ada 5 Stasiun yang dilayani yaitu Beijing South Railway, Yizhuang, Yongle, Wuqing, dan Tianjin.
Kondisi tersebut serupa dengan yang akan diterapkan pada layanan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang disiapkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China. KCJB memiliki panjang rute sejauh 142,3 km. Waktu tempuh antara kedua wilayah tersebut nantinya akan berada pada waktu 36-45 menit saja dan melayani 4 stasiun yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
KCJB akan menggunakan kereta generasi terbaru yakni CR400AF yang merupakan pengembangan dari tipe CRH380A oleh CRRC. CR400AF memiliki kecepatan desain hingga 420 km/jam dan kecepatan operasional hingga 350 km/jam. Kecepatannya melebihi kecepatan kereta api cepat buatan Jepang yang mencapai 320 km/jam atau Jerman yang mencapai 330 km/jam.
Tiongkok sendiri menjadi negara yang memiliki jaringan kereta api cepat paling banyak di dunia atau mencapai 2/3 dari keseluruhan jumlah jalur yang ada. Pada tahun 2022, Tiongkok mengoperasikan 42 ribu km jaur kereta api cepat, jauh lebih banyak dari pesaing terdekatnya yaitu Spanyol dan Jepang yang memiliki jalur kereta api cepat sepanjang 3 ribu km.
Kereta Api Cepat di Tiongkok menjadi andalan masyarakat dimana sejak pertama kali dibuka, jumlah penumpangnya telah mencapai lebih dari 10 miliar penumpang di tahun 2019. Pada tahun 2021, Kereta Api Cepat di Tiongkok melayani 1,9 miliar penumpang pertahun atau rata-rata 160 juta penumpang per bulan.
Meskipun industri kereta api cepat Tiongkok baru dimulai 2004, namun pengalamannya dalam pembangunan dan pengembangan tidak bisa disepelekan. Pasalnya, Tiongkok adalah negara dengan berbagai iklim dan teknologi mereka bisa menyesuaikan mulai dari wilayah yang paling dingin dengan suhu -40ºC di utara, wilayah panas di daerah selatan, dan wilayah dengan tanah yang sangat keras dan kering di Tibet.
Di samping itu kehadiran kereta api cepat di Tiongkok, diakui membantu mobilitas warganya terutama mereka yang memiliki urusan pekerjaan di Beijing dan Shanghai. Sebelum adanya kereta api cepat, perjalanan bisnis dari Beijing ke Shanghai dan sebaliknya, bisa mereka tempuh hingga dua hari. Namun dengan menggunakan kereta api cepat, perjalanan bisnis mereka bisa diselesaikan dalam satu hari kerja saja. Sebab kereta api cepat tersedia setiap 20 menit sekali, mengingat waktu tempuh mereka yang lebih cepat dari kereta konvensional.
Proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang merupakan proyek pembangunan Kereta Api Cepat pertama di wilayah Asia Tenggara. Proyek ini juga merupakan proyek penting di mata internasional, karena proyek ini melibatkan dua negara besar yang diwakili oleh BUMN Indonesia dan Tiongkok.
Besarnya perhatian yang diberikan kedua pemerintah juga terlihat langsung dari rutinnya kunjungan dan perhatian yang ditunjukkan kedua belah pemerintah pada proyek ini hingga adanya agenda khusus pelaksanaan showcase KCJB pada saat G20 yang langsung disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden RRT Xi Jinping.
Tiongkok juga memberikan jaminan transfer teknologi dan knowledge kepada putra putri Indonesia melalui training dan internship sehingga KCIC dapat mengelola dan mengoperasikan KCJB. Proses transfer teknologi dan knowledge selama periode konstruksi di antaranya pengalihan teknologi slab track dan fasilitas produksi dari kontraktor Tiongkok ke kontraktor lokal. Dari sisi tenaga kerja, keberadaan proyek KCJB juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar.
“Kehadiran teknologi dan transfer knowledge dari negara dengan pengalaman yang dan perkembangan kereta api cepat di dunia ini sangat berharga bagi kemajuan Indonesia. KCIC bersama seluruh stakeholders akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan kehadiran Kereta Api Cepat pertama di Asia Tenggara,” ujar Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi.
*
Informasi lebih lanjut, hubungi:
GM Corporate Secretary
Rahadian Ratry
email: rahadian.ratry@kcic.co.id