PT KCIC Terus Lakukan Akselerasi Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Jakarta, (26 Maret 2021) – PT KCIC terus melakukan akselerasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) untuk mengejar target penyelesaian di tahun 2022. Berbagai program pembangunan dilakukan, termasuk pengerjaan sarana dan prasarana lain untuk menunjang operasional KCJB.

Jajaran Direksi PT KCIC terus melakukan koordinasi dan konsolidasi internal dan eksternal secara berkelanjutan agar pembangunan Kereta Cepat Jakarta- Bandung ini dapat berjalan sesuai target.

Dijelaskan Corporate Secretary PT KCIC, Mirza Soraya, untuk mengejar target penyelesaian, percepatan progres di setiap titik dilakukan secara komprehensif, sehingga akselerasi pembangunan proyek KCJB bisa terwujud.

“Saat ini, High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC), KCIC, beserta pemanufaktur sarana dan prasarana terkait, didampingi oleh KAI sedang merumuskan check list untuk semua sub-sistem yang dibutuhkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, baik itu terkait EMU, railway system maupun operasional,” ungkapnya.

Di sisi lain, pembangunan dan penyediaan sarana prasarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga menjadi prioritas dan berjalan paralel. Keempat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar saat ini dalam tahap konstruksi. Secara general, pembangunan telah memasuki tahap fondasi dan struktur lainnya.

Terkait persiapan operasional KCJB, saat ini sedang dilakukan workshop pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bagian operasional dan maintenance dari setiap subsistem.

Dalam proses pembangunan proyek KCJB, menurut Mirza harus diakui banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi. Namun, PT KCIC terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan semua kontraktor yang terlibat dalam proyek KCJB secara intens. “Termasuk penegasan penerapan zero tolerance terhadap kecelakaan kerja dari proses konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung,” ungkap Mirza.

Ditambahkannya, ketika ditemukan kendala, PT KCIC senantiasa mendorong semua kontraktor untuk mencari solusi efektif sehingga persoalan bisa teratasi. Melalui monitoring rutin mingguan, progres pembangunan dan percepatan yang dilakukan dapat terpantau dan direspons sesegera mungkin agar target pekerjaan di tahun 2022 dapat dipenuhi.

Biaya Tak Terduga karena Pembebasan Lahan dan Pemindahan Utilitas

Terkait informasi munculnya penambahan biaya yang beredar di banyak media, Mirza menjelaskan PT KCIC hingga saat ini masih melakukan kajian internal dengan pihak terkait. Untuk diketahui, feasibility study (FS) pembangunan Kereta Cepat Jakarta- Bandung dilakukan di tahun 2015 atau enam tahun silam. Seiring dengan berjalannya waktu dan proses, tentu ada inflasi yang terjadi. Apalagi di tahun 2020 terjadi pandemi covid-19 yang membuat seluruh industri terkena dampaknya. Imbas serupa juga menerpa proyek KCJB yang ditangani PT KCIC.

Selain itu, biaya tak terduga juga berpotensi muncul dalam setiap pembangunan infrastruktur. Di lapangan banyak hal-hal tidak terduga yang dihadapi khususnya dalam aspek pembebasan lahan dan pemindahan utilitas. “Ketika kami ingin membebaskan lahan, ternyata di dalamnya terdapat utilitas seperti gardu listrik, pipa air atau jaringan lainnya. Ada proses cukup panjang yang harus ditempuh dan memakan biaya,” jelasnya.

Ketika menghadapi lahan dengan utilitas, PT KCIC harus melakukan persiapan dan memindahkan utilitas terlebih dahulu. Setelah pemindahan utilitas dilakukan, PT KCIC baru bisa mengeksekusi lahan tersebut.

Kondisi ini dijelaskan Mirza tentu berdampak pada proses pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang sedang berjalan. Meski begitu, KCIC tetap berupaya melakukan berbagai langkah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

“Koordinasi dan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal dilakukan secara simultan dan intens sehingga saat ini akselerasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung bisa terus berjalan” ungkap Mirza. Ditambahkannya, PT KCIC juga tidak melakukan pengurangan  karyawan.

TOD Dukung Peningkatan Produktivitas Masyarakat

Selain mengembangkan infrastruktur transportasi publik, PT KCIC turut berupaya menunjang peningkatan produktivitas masyarakat di sepanjang trase kereta cepat melalui pengembangan superblok dan kawasan terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD). Saat ini, pengembangan TOD di tiga stasiun berfokus pada evaluasi rencana dan pengadaan lahan serta perizinan.

“Untuk di kawasan Halim, akan dilakukan pengembangan dengan tipe Superblok di sekitar stasiun. Tepatnya di sisi selatan dan tidak berstatus sebagai TOD. Superblok Halim menawarkan berbagai fasilitas seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel dan convention center serta terintegrasi dengan moda BRD dan LRT Jabodetabek,” terang Mirza.

Sedangkan untuk tiga kawasan lainnya, yakni Karawang, Walini dan Tegalluar, akan diterapkan konsep TOD. Pada dasarnya pengembangan di area sekitar 3 stasiun ini adalah pengembangan kota baru dengan pusat berbasis konsep TOD yang memiliki radius 800 meter dari simpul stasiun kereta cepat.

Secara umum, konsep TOD ialah mengembangkan kawasan urban berintensitas tinggi yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal sehingga mampu melayani berbagai dimensi kebutuhan masyarakat dalam suatu kawasan sekaligus. Baik berupa kegiatan campuran hunian, komersil retail, perkantoran, area hiburan, dan sebagainya. Pengembangan konsep TOD di Karawang, Walini, dan Tegalluar secara berurutan luasan yang juga bervariasi di antaranya 250 ha, 1.270 ha, dan 340 ha.

Kawasan Superblok Halim, lahan sudah sepenuhnya dikelola oleh PT KCIC. Lahan ini merupakan lahan kerjasama antara TNI AU dan KCIC sejak tahun 2018 PT KCIC terus melakukan akselerasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) untuk mengejar target penyelesaian di tahun 2022. Berbagai program pembangunan dilakukan, termasuk pengerjaan sarana dan prasarana lain untuk menunjang operasional KCJB.

Untuk lahan di 3 stasiun lainnya, Karawang, Walini, dan Tegalluar sampai dengan saat ini komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait pembangunan TOD masih terus dilakukan.

Terkait informasi tambahan Stasiun Padalarang, dijelaskan Mirza hal itu masih dalam proses kajian internal bersama tim konsultan. Munculnya rencana penambahan Stasiun Padalarang ini tujuannya untuk mencari alternatif agar kereta cepat bisa segera terntegrasi secara seamless dengan moda transportasi lain untuk mewujudkan kenyamanan dan kemudahan bermobilisasi optimal bagi penumpang.

Menangkap potensi dan dampak positif yang akan muncul terhadap keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan pengembangan TOD, beberapa investor dengan dominasi core business properti baik lokal maupun luar sudah menunjukkan minat.

Secara umum ditegaskan Mirza, KCIC tidak membatasi investor yang hendak bekerja sama untuk mengembangkan keempat kawasan tersebut. Namun per tahun 2019, KCIC telah mematangkan perencanaan untuk masing-masing wilayah sampai ke level detail master plan yang saat ini masih dalam tahap evaluasi kembali. “Perencanaan ini menjadi basis acuan KCIC dalam mematangkan jenis kegiatan yang ditawarkan serta rencana keuangan TOD ke depannya,” pungkasnya. (*)

* * *

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Mirza Soraya, Corporate Secretary

email: mirza.soraya@kcic.co.id

Share

Facebook
Twitter
LinkedIn